Prolog
Membincang kejayaan peradaban Islam di masa lalu seakan sebuah
nostalgia. Mengingat masa keemasan itu sudah jauh sekali berlalu, kurang lebih
7 abad silam. namun mengingat sejarah adalah satu langkah positif untuk sekedar
setapak lebih maju dari umat terdahulu.
Ibnu Kholdun pernah menegaskan, " Sejarah adalah ilmu yang
amat penting, terutama bagi mereka yang ingin mengetahiu urusan dunia dan
akhirat. Bahkan sejarah dapat menyelamatkan seseorang dari kekeliruan dan
keterpelesetan".
Kemajuan Eropa masa kini tidak lepas dari pengaruh masa keemasan Islam
abad pertengahan. Banyak sekali buku-buku penting tentang berbagai disiplin
ilmu diangkut dari arab ke Eropa untuk diterjemahkan, lalu menjadi rujukan
penting di banyak perguruan tinggi di Eropa.
Bermula dari madina
Madina adalah kota penting kedua bagi umat Islam
setelah kota Mekkah. Bukan hanya karena keterkaitan dua kota ini dalam
perjalanan haji, tapi juga latar historis madina sebagai kota, dimana peradaban
Islam pertama kali dibangun oleh Muhammad SAW.
Madinah adalah kota yang menginspirasi
munculnya kota-kota lain sesudahnya. Seperti, kairo, Baghdad, demskus bahkan
Andalusia. Di kota ini Nabi mulai melebarkan sayap-sayap dakwah, setelah
sebelumnya dakwah Nabi ditentang secara serius di kota kelahiran beliau, Mekkah.
Penolakan dan ancaman besar-besaran dari penduduk Mekkah memaksa Nabi untuk
melakukan hijrah. Perjalanan dakwah Nabi di kota kelahiran beliau selama 13
tahun seakan berjalan di tempat. Bagaimana mungkin Islam akan berkembang ke
seantero dunia andai Nabi tidak berinisiatif untuk melakukan perjalanan dakwah.
Namun tak disangka, ternyata justru di Madina dakwah Nabi diterima dengan lapang
dada. Hal ini tentu mengejutkan, justru karena Madina, yang waktu itu bernama
yastrib, adalah kota dimana tidak ada seorangpun dari kerabat nabi. Asing bagi
nabi dan sahabat-sahabatnya.
Yastrib yang waktu itu dihuni oleh penduduk
yang multi suku, secara mengejutkan menerima Nabi dengan gegap gembita. Mereka
menerima kedatangan Nabi seakan menyambut seorang pemimpin penting. Padahal
waktu itu mereka belum beriman, dapat dikatakan bahwa penduduk Yastrib waktu
itu belum tau banyak tentang eksistensi Muhamad SAW sebagai utusan Allah. hal
yang kontras dengan fenomena di Mekkah, dimana nabi diancam habis-habisan oleh
penduduk setempat. Bahkan oleh kaum kerabat beliau sendiri.
Di Madina Nabi mulai menyusun strategi
dakwah, sekaligus menata Madinah sedemikian rupa. Sehingga kehidupan madinah
menjadi lebih tertata, maju, dan beradab. Sebagaimana nama yang disematkan Nabi,
Madinah, kota yang berkeadaban. (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat)
Madinah masa Nabi adalah miniatur kota
modern, dimana didalamnya hidup masyarakat yang multi kultur, multi suku,
bahkan multi agama. Tapi bersatu padu membangun peradaban di bawah satu Qonun,
yaitu Islam yang dikomandoi oleh Nabi. undang-undang kehidupan madani tersebut
tersusun dalam suatu Piagam Madinah. Robert N.Bellah (1972) mengatakan, Madinah
merupakan salah satu bentuk pemerintahan modern yang melandaskan konstitusinya
pada nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi. Piagam Madinah merupakan salah satu
pencapaian pemerintahan Nabi yang paling spektakuler, karena mampu membangun konstitusi
atau konsensus yang berlandaskan kebhinekaan kelompok, baik suku maupun agama.
Maka banyak orang menilai masyarakat Madinah
pada zaman Nabi, sebagai masyarakat yang terlalu modern untuk zaman itu. Hal
ini tertu tidak berlebihan. Mengingat nabi dapat menciptakan kehidupan yang
begitu dinamis di tengah masyarakat yang majemuk. Di lain sisi, kehidupan
kemasyarakatan Mekkah adalah kehidupan yang masih tergolong jahiliyah.
Kehidupan yang mengedepankan kekerasan dalam memecahkan masalah, kepemimpinan yang
berlandaskan nasab.
Perubahan nama dari Yastrib menuju Madinah dari
segi nama tentu beralasan. Dari sinilah tatanan kehidupan sosial Madinah dibenahi
secara total. Walaupun waktu itu posisi umat Islam belum bisa dikatakan
mayoritas. Dari sini juga Nabi menyusun strategi untuk membebaskan kota Mekkah.
Keberhasilan nabi membangun madinah diteruskan oleh empat kholifah sesudah
nabi, Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi
Tholib.
Daulah Abbasiah,
Kejayaan Islam Abad Pertengahan
Keluarga Abbas bekuasa setelah keluarga Umayyah
yang berhasil mereput tampuk kepemimpinan dari Kholifah keempat, Ali bin Abi
Tholib. Jika di zaman dinasti Umayyah diwarnai dengan perang saudara antara
umat Islam sendiri, serta menyeruaknya isu kekerasan terhadap Ahlil Bait,
maka di zaman dinasti Abbasiayah, masa meranumlah kesustraan dan ilmu
pengetahuan. Ilmu-ilmu klasik peninggalan peradaban Yunani dan Persia disalin
ke dalam Bahasa Arab. Suatu kehausan terhadap ilmu pengetahuan yang yang belum
pernah ada dalam sejarah umat manusia.
Gerakan penerjemahan adalah langkah penting
dibalik dibalik masa keemasan Islam era Dinasti Abbasiyah. Penerjemahan
besar-besaran dilakukan di sebuah lembaga khusus, The House Of Wisdom/Bait
Al-Hikmah yang dibangun pada masa pemerintahan al-Makmun (813-833). Di lembaga ini berbagai
disiplin ilmu asing diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Khususnya peninggalan
peradaban Yunani dan Persia. Berbagai disiplin ilmupun berkembang pesat. Sebut
saja, Aqidah, Filsafat, Kedokteran, Sosiologi, bahkan Astronomi.
Pada era Dinasti Abbasiyah, ilmu
pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia dan berharga. Penguasa
membuka jalan selebar-lebarnya, serta meyediakan dana yang tidak sedikit untuk
perkembangan penerjemahan dan penelitian. Sehingga tidak heran jika di zaman
ini lahir beberapa tokoh penting dengan seabrek penemuan dan karya monumental.
Seperti, Al-Khowarizmi (780-850) yang menemukan angka Nol, bahkan namanya diabadikan
dalam satu cabang ilmu Matematika, Algoritma (Logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037)
dengan teori-teori spektakuler dalam ilmu Filsafat dan Kedokteran. Ibnu sina
berhasil menciptakan Thermometer udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan di Barat
namanya termasyhur sebagai Avicena. Di zaman ini hidup juga Al-Biruni (973-1048)
yang melakukan pengamatan terhadap tanaman, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa
Bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun Bunga dan tidak pernah 7 atau 9.
Pada abad ke-8 dan 9 M, Negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang
80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah memakai sistem irigasi modern
dari sungai Eufrat dan Tigris. Kecanggihan teknilogi masa ini juga terlihat
dari peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur Masjid Agung Cordoba, Masjid
Biru di Konstatinopel, Istana Al-Hamra yang dibangun di Seville, Andalusia.
Dinasti Abbasiyah telah membawa Islam kepada puncak keemasan. Dimana
ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Dua pertiga Dunia berhasil
ditaklukkan dibawah kekhalifaan Islam. Hal yang kontras justru dialami Bangsa-Bangsa
Eropa yang berada dalam masa kegelapan. Ilmu pengetahuan terpasung dibawah
otoritas greja yang kaku.
Tinggal Catatan Sejarah
Masa keemasan yang dibangun umat Islam sejak priode Madinah kini hanya
tinggal kenangan, kata orang membincang kejayaan Islam hanya nostalgia masa
lalu. Kejatuhan Islam ke tangan Barat berawal pada abad ke-18, setelah kota Bagdad
yang menjadi pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah diserang oleh Bangsa Mongol dibawah
pimpinan Hulagu Khan. Disisi lain
tradisi keilmuan yang kurang berkembang pada masa dinasti Ustmaniyah.
Salah langkah diambil ketika Dinasti Ustmaniyah mendukung Jerman pada
saat Perang Dunia pertama, ketika Jerman kalah, otomatis Turki menjadi Negara
yang kalah perang. Sehingga wilayah mereka dirampas oleh Inggris dan Prancis.
Puncaknya pada tanggal 3 maret 1924 Khilafah Islamiyah dihapus oleh konstitusi
turki. Sejak saat itu tidak ada lagi Negara yang konsisten menganut sistem Khilafah
Islamiyah. KHILAFAH Islamiyah di Turki digantikan dengan sistem sekuler yang
dipelopori oleh Mustafa Kemal At-Taturk.
700 tahun berlalu, akankah Islam kembali kepada masa kejayaan seperti
yang terjadi di masa awal perkembangannya? Ktua MUI KH Muhamad Kholil Ridwan
menyatakan optimismenya, bahwa Islam akan kembali Berjaya di muka bumi. Seperti
janji allah, kata kholil, 700 tahun pertama islam Berjaya, 700 tahun berikutnya
islam jatuh, danh sekarang tengah mengalami priode 700 tahun ketiga menuju
kebangkitan.
Penutup
Sekarang 7 abad telah berlalu. Kejayaan
peradaban Islampun tinggal catatan sejarah. Kurang relevan jika kita hanya
membincang sejarah tanpa berusaha untuk membangunya kembali. Pun demikian,
bukan berarti kita tidak boleh membanggakan sejarah.
Kita menyaksikan masa keemasan Eropa di
zaman ini. Namu kita tidak boleh minder dengan modernisasi, karena dibalik
kejayaan Eropa masa kini, kita temukan pengaruh Islam masa lampau. Suatu saat
nanti, entah kapan, Islam akan menemukan kejayaan itu kembali, Insya Allah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar