Kamis, 19 Januari 2012

Kejayaan Peradaban Islam, Dari Mimpi Ke Nostalgia


Prolog

Membincang kejayaan peradaban Islam di masa lalu seakan sebuah nostalgia. Mengingat masa keemasan itu sudah jauh sekali berlalu, kurang lebih 7 abad silam. namun mengingat sejarah adalah satu langkah positif untuk sekedar setapak lebih maju dari umat terdahulu.
Ibnu Kholdun pernah menegaskan, " Sejarah adalah ilmu yang amat penting, terutama bagi mereka yang ingin mengetahiu urusan dunia dan akhirat. Bahkan sejarah dapat menyelamatkan seseorang dari kekeliruan dan keterpelesetan".
Kemajuan Eropa masa kini tidak lepas dari pengaruh masa keemasan Islam abad pertengahan. Banyak sekali buku-buku penting tentang berbagai disiplin ilmu diangkut dari arab ke Eropa untuk diterjemahkan, lalu menjadi rujukan penting di banyak perguruan tinggi di Eropa.

Bermula dari madina

Madina adalah kota penting kedua bagi umat Islam setelah kota Mekkah. Bukan hanya karena keterkaitan dua kota ini dalam perjalanan haji, tapi juga latar historis madina sebagai kota, dimana peradaban Islam pertama kali dibangun oleh Muhammad SAW.
Madinah adalah kota yang menginspirasi munculnya kota-kota lain sesudahnya. Seperti, kairo, Baghdad, demskus bahkan Andalusia. Di kota ini Nabi mulai melebarkan sayap-sayap dakwah, setelah sebelumnya dakwah Nabi ditentang secara serius di kota kelahiran beliau, Mekkah. Penolakan dan ancaman besar-besaran dari penduduk Mekkah memaksa Nabi untuk melakukan hijrah. Perjalanan dakwah Nabi di kota kelahiran beliau selama 13 tahun seakan berjalan di tempat. Bagaimana mungkin Islam akan berkembang ke seantero dunia andai Nabi tidak berinisiatif untuk melakukan perjalanan dakwah. Namun tak disangka, ternyata justru di Madina dakwah Nabi diterima dengan lapang dada. Hal ini tentu mengejutkan, justru karena Madina, yang waktu itu bernama yastrib, adalah kota dimana tidak ada seorangpun dari kerabat nabi. Asing bagi nabi dan sahabat-sahabatnya.
Yastrib yang waktu itu dihuni oleh penduduk yang multi suku, secara mengejutkan menerima Nabi dengan gegap gembita. Mereka menerima kedatangan Nabi seakan menyambut seorang pemimpin penting. Padahal waktu itu mereka belum beriman, dapat dikatakan bahwa penduduk Yastrib waktu itu belum tau banyak tentang eksistensi Muhamad SAW sebagai utusan Allah. hal yang kontras dengan fenomena di Mekkah, dimana nabi diancam habis-habisan oleh penduduk setempat. Bahkan oleh kaum kerabat beliau sendiri.
Di Madina Nabi mulai menyusun strategi dakwah, sekaligus menata Madinah sedemikian rupa. Sehingga kehidupan madinah menjadi lebih tertata, maju, dan beradab. Sebagaimana nama yang disematkan Nabi, Madinah, kota yang berkeadaban. (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat)
Madinah masa Nabi adalah miniatur kota modern, dimana didalamnya hidup masyarakat yang multi kultur, multi suku, bahkan multi agama. Tapi bersatu padu membangun peradaban di bawah satu Qonun, yaitu Islam yang dikomandoi oleh Nabi. undang-undang kehidupan madani tersebut tersusun dalam suatu Piagam Madinah. Robert N.Bellah (1972) mengatakan, Madinah merupakan salah satu bentuk pemerintahan modern yang melandaskan konstitusinya pada nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi. Piagam Madinah merupakan salah satu pencapaian pemerintahan Nabi yang paling spektakuler, karena mampu membangun konstitusi atau konsensus yang berlandaskan kebhinekaan kelompok, baik suku maupun agama.
Maka banyak orang menilai masyarakat Madinah pada zaman Nabi, sebagai masyarakat yang terlalu modern untuk zaman itu. Hal ini tertu tidak berlebihan. Mengingat nabi dapat menciptakan kehidupan yang begitu dinamis di tengah masyarakat yang majemuk. Di lain sisi, kehidupan kemasyarakatan Mekkah adalah kehidupan yang masih tergolong jahiliyah. Kehidupan yang mengedepankan kekerasan dalam memecahkan masalah, kepemimpinan yang berlandaskan nasab.
Perubahan nama dari Yastrib menuju Madinah dari segi nama tentu beralasan. Dari sinilah tatanan kehidupan sosial Madinah dibenahi secara total. Walaupun waktu itu posisi umat Islam belum bisa dikatakan mayoritas. Dari sini juga Nabi menyusun strategi untuk membebaskan kota Mekkah. Keberhasilan nabi membangun madinah diteruskan oleh empat kholifah sesudah nabi, Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib.

Daulah Abbasiah, Kejayaan Islam Abad Pertengahan

Keluarga Abbas bekuasa setelah keluarga Umayyah yang berhasil mereput tampuk kepemimpinan dari Kholifah keempat, Ali bin Abi Tholib. Jika di zaman dinasti Umayyah diwarnai dengan perang saudara antara umat Islam sendiri, serta menyeruaknya isu kekerasan terhadap Ahlil Bait, maka di zaman dinasti Abbasiayah, masa meranumlah kesustraan dan ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu klasik peninggalan peradaban Yunani dan Persia disalin ke dalam Bahasa Arab. Suatu kehausan terhadap ilmu pengetahuan yang yang belum pernah ada dalam sejarah umat manusia.
Gerakan penerjemahan adalah langkah penting dibalik dibalik masa keemasan Islam era Dinasti Abbasiyah. Penerjemahan besar-besaran dilakukan di sebuah lembaga khusus, The House Of Wisdom/Bait Al-Hikmah yang dibangun pada masa pemerintahan  al-Makmun (813-833). Di lembaga ini berbagai disiplin ilmu asing diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Khususnya peninggalan peradaban Yunani dan Persia. Berbagai disiplin ilmupun berkembang pesat. Sebut saja, Aqidah, Filsafat, Kedokteran, Sosiologi, bahkan  Astronomi.
Pada era Dinasti Abbasiyah, ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia dan berharga. Penguasa membuka jalan selebar-lebarnya, serta meyediakan dana yang tidak sedikit untuk perkembangan penerjemahan dan penelitian. Sehingga tidak heran jika di zaman ini lahir beberapa tokoh penting dengan seabrek penemuan dan karya monumental. Seperti, Al-Khowarizmi (780-850) yang menemukan angka Nol, bahkan namanya diabadikan dalam satu cabang ilmu Matematika, Algoritma (Logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037) dengan teori-teori spektakuler dalam ilmu Filsafat dan Kedokteran. Ibnu sina berhasil menciptakan Thermometer udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan di Barat namanya termasyhur sebagai Avicena. Di zaman ini hidup juga Al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa Bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun Bunga dan tidak pernah 7 atau 9.
Pada abad ke-8 dan 9 M, Negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah memakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Kecanggihan teknilogi masa ini juga terlihat dari peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur Masjid Agung Cordoba, Masjid Biru di Konstatinopel, Istana Al-Hamra yang dibangun di Seville, Andalusia.
Dinasti Abbasiyah telah membawa Islam kepada puncak keemasan. Dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Dua pertiga Dunia berhasil ditaklukkan dibawah kekhalifaan Islam. Hal yang kontras justru dialami Bangsa-Bangsa Eropa yang berada dalam masa kegelapan. Ilmu pengetahuan terpasung dibawah otoritas greja  yang kaku.

Tinggal Catatan Sejarah

Masa keemasan yang dibangun umat Islam sejak priode Madinah kini hanya tinggal kenangan, kata orang membincang kejayaan Islam hanya nostalgia masa lalu. Kejatuhan Islam ke tangan Barat berawal pada abad ke-18, setelah kota Bagdad yang menjadi pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah diserang oleh Bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan.  Disisi lain tradisi keilmuan yang kurang berkembang pada masa dinasti Ustmaniyah.
Salah langkah diambil ketika Dinasti Ustmaniyah mendukung Jerman pada saat Perang Dunia pertama, ketika Jerman kalah, otomatis Turki menjadi Negara yang kalah perang. Sehingga wilayah mereka dirampas oleh Inggris dan Prancis. Puncaknya pada tanggal 3 maret 1924 Khilafah Islamiyah dihapus oleh konstitusi turki. Sejak saat itu tidak ada lagi Negara yang konsisten menganut sistem Khilafah Islamiyah. KHILAFAH Islamiyah di Turki digantikan dengan sistem sekuler yang dipelopori oleh Mustafa Kemal At-Taturk.
700 tahun berlalu, akankah Islam kembali kepada masa kejayaan seperti yang terjadi di masa awal perkembangannya? Ktua MUI KH Muhamad Kholil Ridwan menyatakan optimismenya, bahwa Islam akan kembali Berjaya di muka bumi. Seperti janji allah, kata kholil, 700 tahun pertama islam Berjaya, 700 tahun berikutnya islam jatuh, danh sekarang tengah mengalami priode 700 tahun ketiga menuju kebangkitan.  

Penutup

Sekarang 7 abad telah berlalu. Kejayaan peradaban Islampun tinggal catatan sejarah. Kurang relevan jika kita hanya membincang sejarah tanpa berusaha untuk membangunya kembali. Pun demikian, bukan berarti kita tidak boleh membanggakan sejarah.
Kita menyaksikan masa keemasan Eropa di zaman ini. Namu kita tidak boleh minder dengan modernisasi, karena dibalik kejayaan Eropa masa kini, kita temukan pengaruh Islam masa lampau. Suatu saat nanti, entah kapan, Islam akan menemukan kejayaan itu kembali, Insya Allah…
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar