Mesir dan Al-Azhar sebenarnya
sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia
secara umum, terkhusus kaum santri yang tersebar di berbagai Pesantren dan Madrasah
seluruh Indonesia.
Secara garis besar masing-masing Mesir dan Al-Azhar masyhur di Indonesia mempunyai satu alasan, Mesir dikenal
oleh mayoritas masyarakat karena terkait sejarah penting bagi kedaulatan bangsa
Indonesia.
Sebagaimana Mesirlah bangsa asing yang pertama kali secara resmi mengetahui
sebelum kemudian mengakui kemerdekaan Indonesia. Tak jauh berbeda pula
alasan kenapa masyarakat kita mengenal Al-Azhar tak lain karena ribuan alumni Al-Azhar
tersebar di seluruh nusantara, tak dipungkiri keberadaan mereka sangat
diharapkan, khususnya untuk menangani urusan sosial-keagamaan di Tanah Air.
Ada ungkapan salah seorang teman
yang menunjukkan nama besar Mesir dan Al-Azhar di Indonesia, “ke Mesir itu
harapan semua orang” ungkapan ini tidak begitu berlebihan sebenarnya, mengingat
sejarah luhur bangsa Mesir, tak ketinggalan juga tradisi keilmuan Al-Azhar,
bahkan dikatakan bahwa jika Mekkah adalah kiblat umat Islam dalam ibadah, maka Mesir
adalah kiblat umat Islam secara keilmuan. Hal ini jelas dapat kita lihat dari
banyaknya ulama yang lahir dari rahim Al-Azhar. Bahkan ketika penulis dan
beberapa orang teman pamit sekaligus minta wejangan sebelum melangkah ke Mesir kepada
salah seorang ustadz lulusan Al-Azhar, beliau mengutip ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah
ayat 61. dan itu memiliki nilai tambah bagi niat agung kami.
Menyadari nama besar dan pengaruh
Al-Azhar, muda-mudi muslim Indonesia
berlomba-lomba untuk dapat belajar di Universitas tertua ini. Pemerintahpun
menyadari hal ini. maka secara umum ada dua lembaga yang menyalurkan niat mulia
itu, departemen agama yang menjadi kepanjangan tangan pemerintah Indonesia
sendiri, juga baru-baru ini ada kedutaan besar Mesir sebagai perwakilan
pemerintah Mesir dan Al-Azhar, selain beberapa lembaga lain yang ikut menjadi
penyalur.
Walaupun demikian, untuk
menginjakkan kaki di Bumi Kinanah sekaligus menyandang peredikat Azhari ternyata tidak mudah. Selain
harus melewati seleksi yang ketat, ternyata para calon mahasiswa harus melewati
ujian kesabaran. Secara khusus angkatan 2010-2011 dalam konteks ini, yang
disalurkan kedutaan Mesir maupun departemen agama. Dan saya kira proses
menunggu yang tak menentu ini lebih
berat. Teman-teman ada yang merasa malu untuk tinggal di kampung sendiri karena
tak tahan menerima pertanyaan perihal keberangkatan ke Mesir, ada juga yang
membesarkan hati dengan mendaftar kuliah di Perguruan Tinggi dalam negeri. Hal
ini tidak lain disebabkan kepastian untuk menuju Mesir sama sekali tidak ada.
Yang ada hanya kata tunggu! Sabar!
Setelah melewati seabrek
kesukaran selama satu tahun lamanya, akhirnya sampailah kami semua di negeri
seribu menara ini. Namun setelah sampai ke Mesir bukan serta-merta kesulitan
itu khatam. Habis kesulitan di Tanah Air, muncul pula permasalahan baru.
Bagaimana tidak, selama ini yang ada di benak kita, dengan administrasi panjang
yang telah kami lewati di Indonesia,
paling tidak kita bisa langsung duduk di bangku kuliah atau sekurang-kurangnya
sudah terdaftar sebagai mahasiswa Al-Azhar. Ternyata drama administrasi belum
usai, di sini kita dikenalkan dengan istilah Ijro’at yang melelahkan. Bahkan yang paling menyayat adalah melahap
kata Bukroh di saat sudah seharian
setia menunggu sambil berdiri.
Menyadari berbagai problema di
atas, paling tidak semakin meneguhkan niat dan cita-cita mulia kita dari kampung
halaman. Semakin memantabkan tekad untuk manimbah ilmu sebanyak-banyaknya.
Tentu saja setelah melahap Ijro’at dan
kalimat Bukroh mentah-mentah kita
akan merasa rugi jiga hanya pindah lokasi tidur. Setelah kesukaran yang dialami
oleh teman-teman angkatan 2010-2011 paling tidak memberikan power baru untuk
tidak menyia-nyiakan waktu. Mengambil ilmu seluas mungkin sebelum kemudian
berbagi dan mengamalkan ilmu itu untuk masyarakat, bangsa dan Negara kita.
Sebenarnya penulis hanya
mengulang cerita lama. Mengingat semua itu sudah lama berlalu, hampir satu
tahun. Bahkan kita sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian termin dua dengan
spesialisasi masing-masing, juga
teman-teman yang masih terdaftar di kelas matrikulasi. Namun paling
tidak, mengingat proses panjang dan tidak mudah yang kita lewati beberapa waktu
lalu itu akan membakar semangat kita. Mungkin saja ada yang layu diterpa angin
revolusi. Perlu kiranya untuk kita ingat juga, perjuangan yang telah kita
lakukan belum seberapa bila dibandingkan dengan perjuangan yang akan kita
hadapi ke depan. Baik perjuangan jangka pendek di Mesir, maupun perjuangan
jangka panjang setelah pulang ke Tanah Air.
Besar harapan kami mahasiswa baru
angkatan 2010-2011 kepada kakak-kakak senior untuk memberikan arahan, bimbingan
dan ajakan untuk menyelami samudera ilmu di Al-Azhar maupun Mesir secara umum.
Ajaklah kami untuk belajar, ingatkan kami
jika kami terlalu bertindak kejauhan, bimbing kami untuk mewujudkan niat
suci ini. Allahu Ghafur Ar-Rahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar