Kamis, 19 Januari 2012

Menggapai Al-Azhar



Mesir dan Al-Azhar sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia secara umum, terkhusus kaum santri yang tersebar di berbagai Pesantren dan Madrasah seluruh Indonesia. Secara garis besar masing-masing Mesir dan Al-Azhar masyhur di Indonesia mempunyai satu alasan, Mesir dikenal oleh mayoritas masyarakat karena terkait sejarah penting bagi kedaulatan bangsa Indonesia. Sebagaimana Mesirlah bangsa asing yang pertama kali secara resmi mengetahui sebelum kemudian mengakui kemerdekaan Indonesia. Tak jauh berbeda pula alasan kenapa masyarakat kita mengenal Al-Azhar tak lain karena ribuan alumni Al-Azhar tersebar di seluruh nusantara, tak dipungkiri keberadaan mereka sangat diharapkan, khususnya untuk menangani urusan sosial-keagamaan di Tanah Air.

Ada ungkapan salah seorang teman yang menunjukkan nama besar Mesir dan Al-Azhar di Indonesia, “ke Mesir itu harapan semua orang” ungkapan ini tidak begitu berlebihan sebenarnya, mengingat sejarah luhur bangsa Mesir, tak ketinggalan juga tradisi keilmuan Al-Azhar, bahkan dikatakan bahwa jika Mekkah adalah kiblat umat Islam dalam ibadah, maka Mesir adalah kiblat umat Islam secara keilmuan. Hal ini jelas dapat kita lihat dari banyaknya ulama yang lahir dari rahim Al-Azhar. Bahkan ketika penulis dan beberapa orang teman pamit sekaligus minta wejangan sebelum melangkah ke Mesir kepada salah seorang ustadz lulusan Al-Azhar, beliau mengutip ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 61. dan itu memiliki nilai tambah bagi niat agung kami.

Menyadari nama besar dan pengaruh Al-Azhar, muda-mudi muslim Indonesia berlomba-lomba untuk dapat belajar di Universitas tertua ini. Pemerintahpun menyadari hal ini. maka secara umum ada dua lembaga yang menyalurkan niat mulia itu, departemen agama yang menjadi kepanjangan tangan pemerintah Indonesia sendiri, juga baru-baru ini ada kedutaan besar Mesir sebagai perwakilan pemerintah Mesir dan Al-Azhar, selain beberapa lembaga lain yang ikut menjadi penyalur.

Walaupun demikian, untuk menginjakkan kaki di Bumi Kinanah sekaligus menyandang peredikat Azhari ternyata tidak mudah. Selain harus melewati seleksi yang ketat, ternyata para calon mahasiswa harus melewati ujian kesabaran. Secara khusus angkatan 2010-2011 dalam konteks ini, yang disalurkan kedutaan Mesir maupun departemen agama. Dan saya kira proses menunggu  yang tak menentu ini lebih berat. Teman-teman ada yang merasa malu untuk tinggal di kampung sendiri karena tak tahan menerima pertanyaan perihal keberangkatan ke Mesir, ada juga yang membesarkan hati dengan mendaftar kuliah di Perguruan Tinggi dalam negeri. Hal ini tidak lain disebabkan kepastian untuk menuju Mesir sama sekali tidak ada. Yang ada hanya kata tunggu! Sabar!

Setelah melewati seabrek kesukaran selama satu tahun lamanya, akhirnya sampailah kami semua di negeri seribu menara ini. Namun setelah sampai ke Mesir bukan serta-merta kesulitan itu khatam. Habis kesulitan di Tanah Air, muncul pula permasalahan baru. Bagaimana tidak, selama ini yang ada di benak kita, dengan administrasi panjang yang telah kami lewati  di Indonesia, paling tidak kita bisa langsung duduk di bangku kuliah atau sekurang-kurangnya sudah terdaftar sebagai mahasiswa Al-Azhar. Ternyata drama administrasi belum usai, di sini kita dikenalkan dengan istilah Ijro’at yang melelahkan. Bahkan yang paling menyayat adalah melahap kata Bukroh di saat sudah seharian setia menunggu sambil berdiri.

Menyadari berbagai problema di atas, paling tidak semakin meneguhkan niat dan cita-cita mulia kita dari kampung halaman. Semakin memantabkan tekad untuk manimbah ilmu sebanyak-banyaknya. Tentu saja setelah melahap Ijro’at dan kalimat Bukroh mentah-mentah kita akan merasa rugi jiga hanya pindah lokasi tidur. Setelah kesukaran yang dialami oleh teman-teman angkatan 2010-2011 paling tidak memberikan power baru untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Mengambil ilmu seluas mungkin sebelum kemudian berbagi dan mengamalkan ilmu itu untuk masyarakat, bangsa dan Negara kita.

Sebenarnya penulis hanya mengulang cerita lama. Mengingat semua itu sudah lama berlalu, hampir satu tahun. Bahkan kita sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian termin dua dengan spesialisasi masing-masing, juga  teman-teman yang masih terdaftar di kelas matrikulasi. Namun paling tidak, mengingat proses panjang dan tidak mudah yang kita lewati beberapa waktu lalu itu akan membakar semangat kita. Mungkin saja ada yang layu diterpa angin revolusi. Perlu kiranya untuk kita ingat juga, perjuangan yang telah kita lakukan belum seberapa bila dibandingkan dengan perjuangan yang akan kita hadapi ke depan. Baik perjuangan jangka pendek di Mesir, maupun perjuangan jangka panjang setelah pulang ke Tanah Air.

Besar harapan kami mahasiswa baru angkatan 2010-2011 kepada kakak-kakak senior untuk memberikan arahan, bimbingan dan ajakan untuk menyelami samudera ilmu di Al-Azhar maupun Mesir secara umum. Ajaklah kami untuk belajar, ingatkan kami  jika kami terlalu bertindak kejauhan, bimbing kami untuk mewujudkan niat suci ini. Allahu Ghafur Ar-Rahim





Tidak ada komentar:

Posting Komentar